Ingat Mati Hingga Jadi Bos Showroom Mobil
Ingat Mati Hingga Jadi Bos Showroom Mobil
Namun, lain halnya bagi Fadly Hariri yang pensiun dari kompetisi Liga Indonesia saat masih 27 tahun. Mantan bek PSMS Medan ini melepaskan diri dari hiruk pikuk persepakbolaan tahun 2012.
Ayah tiga anak ini kemudian menapaki jalan hijrah dan mendekatkan diri pada Allah SWT serta mengais rezeki dari berbagai usaha yang digeluti pria 33 tahun tersebut.
Kegundahan hati dan berkurangnya motivasi bermain si kulit bundar telah dirasakannya sejak tahun 2011.
Saat itu, dia mulai memanjangkan jenggot dan menaikkan kaos kakinya dan memakai dalaman hingga menutup semua bagian bawah tubuhnya tiap kali bertanding.
“Tahun 2011 selepas memperkuat PSM Makassar, saya sudah pengen berhenti main bola. Pengen menutup aurat,†ujarnya yang dilansir Bolahita dari halaman Pojoksumut, di sela-sela Kongres Asosiasi Kota (Askot) PSSI Medan, di Medan Club, baru-baru ini.
Fadly yang pernah masuk skuad timnas tahun 2005 dan Pelantas Asian Games di Belanda tahun 2006 ini mengatakan niat itu tak serta merta terwujud, karena tawaran kembali membela PSMS datang, klub yang membesarkan namanya sebelum dia melalang buana ke klub seperti PSM Makassar.
“Berjalan tiga bulan setelah dari PSM, PSMS IPL terbentuk, Om Khairdir (Pelatih M Khaidir) ajak gabung. Susah menolaknya karena ini klub kelahiran saya. Saya setujui tapi semusim saja saya bilang demi PSMS. Kemudian saat itu, beberapa masalah datang seperti gaji beberapa bulan enggak dibayar, minta-minta (nagih gaji) enggak enak, akhirnya saya banting setir,†ungkapnya.
Setelah bulatkan tekad berhenti dari sepak bola, Fadly rela menjalani semuanya dari nol, seperti menjual ikan di pasar. “Buka depot air juga pernah hingga akhirnya sekarang di showroom mobil juga buka restoran dan klinik kesehatan join dengan orang lain,†jelasnya.
Lalu apa yang sebenarnya membuat Fadly tergerak untuk hijrah dan fokus mendekatkan diri ke ibadah?
Fadly mengatakan tahun 2011 adalah momen penuh makna dan titik balik kehidupannya. Selepas dari berhaji, keinginan untuk hijrah itu sudah tergerak, menutup aurat hingga dia mendadak ingat mati saat mendapati sepupunya menderita sakit keras.
“Tahun 2011 itu entah kenapa saya takut mati dan ingat dosa. Ada sepupu kandung saya yang menderita penyakit yang mengancam hidupnya. Jadi saya sadar diri, ingat umur, jangan-jangan saya sudah mau mati,†kenangnya.
Saat semua berkecamuk dalam jiwanya, Fadly berdoa agar dimudahkan semuanya. “Saya merasa main bola sudah cukup, motivasi bermain juga sudah jauh berkurang, kepikiran hanya berhenti dari main bola. Kemudian, simpanan atau tabungan dari bola untuk buka usaha juga sudah ada, akhirnya saya beranikan diri pensiun dan coba berbisnis,†ucapnya.
Kini, Fadly banyak menghabiskan waktu di Rizky Mobil Jalan Nibung Raya Mo 241, Medan. Dia membuka peluang bagi rekan-rekan pesepakbola yang mau bertransaksi mobil di showroomnya.
Dan, dia tak lagi bergantung pada gaji. “Perbedaan sekarang dengan dulu main bola, ya dari main bola kita berharap sistem gaji, kadang-kadang ada tekanan untuk ke depannya, kalau mau ‘laku’ harus jual skill dan harus meningkatkan performa di lapangan. Sementara satu sisi, saya takut cedera. Nah, kalau di bisnis, saya lebih tenang, lebih nyaman, apalagi enggak perlu jauh dari keluarga, istri dan anak-anak saya ada di Medan,†tuturnya.
Pun meski sudah jadi pengusaha, Fadly tak melupakan sepak bola. Dia kadang-kadang masih bertanding bersama sesama mantan pemain untuk menjaga kondisi juga. “Dulu sempat dua tahun berhenti total dari main bola, berat badan saya naik 10 Kg. Makanya sekarang latihan sama mantan pemain PSMS,†pungkasnya
What's Your Reaction?