Sekilas Tentang Iwan Karo Karo
Sekilas Tentang Iwan Karo Karo
Bagi kita yang saat ini berusia 40 tahun, sudah pasti ingat bagaimana dahsyatnya final Perserikatan pada 1984. Di laga itu PSMS yang diperkuat Iwan Karo Karo bertemu Persib Bandung, tim yang dikenal dengan tiki taka. Pertandingan berlangsung di Stadion Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) yang masuk rekor Muri dengan 120.000 penonton.
Laga yang berlangsung ketat, yang juga menguras tenaga, dimenangkan PSMS. Medan bepesta, Sumatera Utara bergelora.
Setahun kemudian, PSMS dengan musuh yang sama di partai puncak, juga tampil sebagai yang terbaik. Persib saat itu diperkuat sederet pemain top yang kemudian menjadi legenda tanah Pasundan, di antaranya Ajad Sudrajat, Robby Darwis, Kosasih, Sukowiyono, dan Iwan Sunarya.
Iwan Karo-karo memang layak disebut sebagai legenda pesepak bola Sumatera Utara. Keberhasilannya mempersembahkan medali emas PON 1989 membuat lagu Kacang Koro membahana di hadapan 100.000 penonton Stadion Senayan.
Seiring dengan perubahan format kompetisi dengan penggabungan Galatama dan Perserikatan ke dalam format Liga Indonesia, prestasi PSMS juga Iwan mulai menurun. Iwan tercatat masih aktif membela PSMS hingga selama dua musim kompetisi Ligina. Ia tetap menjadi pemain kunci bersama sejumlah pemain lain seperti Abdul Rahman, Witya Fusen, dan Irfansyah.
Pada musim pertama Liga Indonesia yang saat itu terbagi atas 2 wilayah, di mana PSMS berada Wilayah Barat. Iwan hanya mampu membawa PSMS di papan tengah klasemen. Iwan dkk pada saat itu dijuluki jago kandang karena sulit dikalahkan bila bermain di Medan.
Pada musim kedua Liga Indonesia, PSMS kembali bergabung di Wilayah Barat, dan PSMS kembali hanya berada di papan tengah klasemen. Pemain kunci saat itu adalah Ronaldo dan Alessando dari Brasil, serta Iwan Karo-Karo.
Musim kompetisi selanjutnya nama Iwan perlahan mulai redup dan praktis tak pernah lagi terdengar setelah itu. Barulah sekitar 2010, namanya terdengar kembali. Kali ini tak lagi sebagai pemain, melainkan pelatih.
PSMS, tim yang membesarkan namanya dahulu memberikan kepercayaan kepadanya untuk menukangi PSMS Junior. Prestasi Iwan bersama PSMS Junior juga tidak terlalu mengecewakan. Berkat sentuhan tangan dinginnya, PSMS Junior berubah menjadi sebuah kekuatan di Piala Suratin yang cukup disegani lawan.
What's Your Reaction?