Sejak SD, saat belajar seragam Frets Butuan selalu kotor. Itu karena di setiap jam istrahat di setiap hari, winger PSMS Medan ini selalu bermain sepak bola di depan kelasnya, Desa Akelamo, Maluku Utara. Berawal dari sana, julukan Badaki melekat kepadanya. Hingga akhirnnya berhasil membawanya menjadi satu kekuatan di lini depan Ayam Kinantan.
BOLAHITA,MEDAN
SEJATINYA, Frets mengakui bahwa tidak ada darah sepak bola dalam keluarganya. Namun entah mengalir darimana, dia mengaku justru sangat mencintai sepak bola sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Keinginannya untuk menjadi pemain bola profesional pun dilaluinya dengan susah payah. "Memang dari kecil suka bola. Rumah saya dekat sekolah dan didalamnya ada lapangan. Jadi setiap hari memang saya main bola terus. Itu yang membuat waktu kecil itu selalu dibilang siswa yang paling kotor (Badaki bahasa Maluku, red). Setiap hari,
baju selalu kotor karena bermain bola," ujar Frets Butuan.
"Tentu masih ingat awal mula suka bermain bola. Itu diwaktu kelas 4 SD. Bahkan rencananya mau masuk SSB. Sayangnya enggak bisa, karena tidak mampu beli sepatu," kenang Frets. Keingingannya untuk menimba ilmu di SSB cukup tinggi. Hingga ketika mau melanjutkan pendidikan ke SMP, Anak dari pasangan Iwan Butuan dan Yasmin Pulosari sempat berpikir menukarkan kado tahun barunya dengan sepatu bola.
"Tapi orang tua belum juga mau membelikannya. Saya pun belum juga masuk SSB dan bermain begitu saja. Hingga akhirnya ketika di SMA baru bergabung ke SSB Adidas Halbar Jailolo, Maluku Utara," bilang Frets yang kini menjadi andalan PSMS Medan.
Pasca bergabung ke SSB, kiprah sepak bola Frets terus berkembang. Pemain kelahiran Ternate, 04 Juni 1996 ini mendapat sejumlah tawaran. Dimulai dari memperkuat Halmahera Barat (Halbar, red) di kompetisi Suratin dan juara II sebanyak dua kali. Kemudian berlanjut memperkuat tim sepak bola Popda Halbar.
"Lalu saya ditarik sama Provinsi Maluku Utara di Prapon Remaja. Untuk wilayah timur saya topksor mencetak lima gol. Dan di tingkat nasionalnya di Surabaya, kami juara III dan saya topskor 7 gol," beber Frets tentang awal mula karir sepak bolanya di level remaja.
Selesai memperkuat daerahnya di tingkat nasional, Frets kembali ke Maluku. Dia terus latihan di lapangan Kompi B 732 Banau, berjuang menjadi pesepak bola profesional. Namun tawaran yang datang justru diajak masuk tentara.
"Saat itu juga saya bertanya dengan kedua orang tua, apakah tawaran ini diterima atau tidak. Karena Saya memang latihannya di komplek militer, sedikitnya sudah tahu tentang disiplin. Puji Tuhan, saya diterima, pendidikan di Ambon selama delapan bulan. Lalu di tahun 2015, saya dikirim ke Kostrad Cilodong untuk pendidikan selama tiga bulan," ujar Frets.
Sejujurnya, pasca lolos Tentara, Frets sudah tidak terlalu memikirkan bermain sepak bola. Selama pendidikan mentalnya dibentuk, bahwa menjadi seorang Kostrad bukan perkara mudah. Seorang prajurit yang harus siap kapan saja dibutuhkan negara.
Sudah tidak ada lagi waktu untuk mengembangkan bakat kemampuan. "Tuhan itu baik dan menjawab semua doa yang selama ini keluarga dan saya panjatkan. Dari sinilah justru karir sepak bola saya terus berkembang. Ada jalan yang dibuka Tuhan melalui PS TNI yang saat itu bermarkas di Cilodong. Saya dipanggil seleksi dan terpantau pelatih Suharto AD," bilang Frets yang mengidolakan Boaz Solossa ini.
Berseragam PS TNI, Frets sangat bergairah. Kabar ini pun langsung disampaikan kepada keluarganya di Desa Akelamo, Maluku Utara. Harapan bisa kembali ke jalur sepak bola terbuka. "Saya tidak pernah berpikir, tiba-tiba dipanggil ke PS TNI. Dari situ saya tidak kuatir akan masa depan saya di sepak bola. Saya selalu mengandalkan doa supaya Tuhan menyertai karir saya," pungkasnya.
BIO DATA
Nama : Frets Listanto Butuan
Pangkat : Prada
Kesatuan : Yonif Paraider 330/Kujang I Kostrad
Lahir : Ternate, 04 Juni 1996
Postur : 169cm/60 kg
Ayah : Iwan Butuan
Ibu : Yasmin Pulosari
Anak : ke 2 dari 4 bersaudara
Posisi : winger
No : 21
Karir :
SSB Adidas Halbar
Persihalbar (Suratin)
PON Remaja Maluku Utara
PS TNI