Bobby Nasution Bikin Edy Rahmayadi Bingung, Ternyata Ini Pengertian B100 dan B35
Pada debat ketiga Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) Calon Gubernur nomor urut 01, Bobby Nasution mempertanyakan bagaimana strategi Paslon 02 mencanangkan B100.
BOLAHITA - Pada debat ketiga Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut), Calon Gubernur nomor urut 01, Bobby Nasution, mempertanyakan strategi Paslon 02 mengenai rencana penerapan B100.
Namun, pertanyaan tersebut membuat Edy Rahmayadi bingung, mengingat subtema yang dibahas saat itu adalah pemerataan pembangunan yang berkeadilan.
"Apa hubungannya ini dengan B100? Bagaimana ini moderator," kata Edy Rahmayadi, meminta moderator agar lawannya memperjelas pertanyaan tersebut.
SENNCOIN Selling High Quality Roasted Beans and Ground Coffee
Sebagai penjelasan, B100 adalah istilah untuk biodiesel berbahan dasar nabati yang digunakan untuk mesin diesel. Bahan ini berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak nabati atau lemak hewani. Proses ini mencakup pemindahan alkohol dari ester, dengan katalis berupa alkohol atau metanol.
Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa B100 lebih efisien hingga 40% dibanding bahan bakar fosil. Penggunaan B100 memungkinkan kendaraan menempuh jarak hingga 13 kilometer per liter, sedangkan bahan bakar fosil hanya mencapai 9,4 kilometer per liter.
Selain itu, program pemerintah saat ini juga mencakup B35, yakni campuran 35% biodiesel dan 65% solar. Program ini bertujuan untuk meningkatkan energi bersih, mengurangi impor minyak, dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Implementasi B35 berlangsung penuh sejak 1 Agustus 2023, dan rencana selanjutnya adalah mengembangkan campuran biodiesel hingga 40% (B40) guna mengurangi ketergantungan pada solar.
Menanggapi pertanyaan Bobby, Edy Rahmayadi menyatakan bahwa selama masa jabatannya sebagai Gubernur Sumut periode 2018-2023, belum optimal dalam mengimplementasikan program tersebut. "Saya takut apa yang ditanya tidak mengerti," ujarnya.
Edy menjelaskan bahwa sebagian besar pengelolaan kelapa sawit masih ditangani pemerintah pusat, termasuk program minyak merah yang belum terealisasi. "Di Sumut, masih ada kebutuhan optimalisasi di sektor peternakan, perkebunan, perikanan, dan pertanian. Banyak yang ditangani pusat, terutama perpajakan yang ratusan triliun dikelola pusat. Saya memprogramkan, tetapi belum optimal di bidang itu. Mudah-mudahan 5 tahun mendatang bisa saya optimalkan," tegas Edy.
What's Your Reaction?