PSMS Medan Krisis Sponsor di Liga 2 Musim 2024/2024
Marketing PSMS Sudah Bertemu 63 Perusahaan, Hanya Bank Sumut yang Deal
BOLAHITA, MEDAN - PSMS Medan harus menerima kenyataan jika mereka bukan lagi sebagai tim besar. Melainkan tim bersejarah di era Perserikatan dan Liga Indonesia.
Pasalnya, di musim ini dengan kondisi pembina Edy Rahmayadi tak lagi menjabat Gubernur Sumatera Utara, PSMS Medan sepi dari sponsor. Dan hal ini diakui oleh Dirut PT Kinantan Medan Indonesia sekaligus menjabat CEO klub PSMS, Arifuddin Maulana Basri dalam sebuah Popcast Tommy Desky.
Mau tak mau, fakta miris harus dihadapi PSMS Medam. Nama besar klub tak lagi mampu memikat pihak ketiga untuk jadi sponsor. Manajemen pun harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi biaya per musim yang jumlahnya puluhan miliar.
Musim ini, PSMS Medan baru memastikan satu sponsor besar yaitu Bank Sumut. Tentu itu tidak cukup, hanya saja upaya menyeser berbagai perusahaan sejak awal musim belum membuahkan hasil.
Arifuddin Maulana Basri mengatakan manajemen bukan berdiam diri untuk mencari sumber pendanaan untuk Ayam Kinantan. Bahkan, awal musim sudah membentuk tim marketing.
"Bukan enggak berusaha cari sponsor untuk PSMS, karena ada tim marketing yang berjalan juga. Kita cari sponsor, total ke email sampai ketemu ada 63 perusahaan, alhamdulillahnya, sampai saat ini enggak ada," ungkapnya.
Ari mengaku heran mengapa tidak ada perusahaan yang mereka sasar mau jadi sponsor PSMS.
"Mungkin musim ini ada sponsor paling satu dua, yang kecil-kecil, tapi dengan yang lain enggak ada. semuanya Ari ini pure, ya telan mentah-mentah, gila-gila sendiri. Baru Bank Sumut, ada dua lagi berproses," sebut menantu Edy Rahmayadi ini.
Dia mengungkapkan cukup sedih dengan fakta yang harus PSMS jalani. Dia berharap semua paham, PSMS itu heritage atau warisan yang wajib dijaga, bukan tentangnya atau Edy Rahmayadi (Pembina PSMS), juga bukan tentang politis.
"Saya bingung, kadang-kadang kasihan ya lihat PSMS, PSMS ini bukan tentang saya, bukan tentang ayah (Edy). Ini heritage Sumatera Utara yang harus kita jaga," timpalnya.
Ari mempersilahkan siapa saja yang mau mengurus PSMS, karena acap kali dia mendengar kalimat 'serahkan sama swasta'.
"Kalau ada yang bilang, 'ada kok swasta yang mau ambil', 'kasih aja sama yang ini'. Ya sudah buat perjanjian berapa musim berpestasi. Ini bukan tentang jual beli, ini tim besar, kita mengurus bola konsisten aja, jangan di tahun-tahun ini rame. Ini kami lagi tergeletak," tukasnya.
"Oh ada yang bilang 'ayah pegang PSMS karena beliau dulu gubernur'. Ini beliau sudah enggak jadi gubernur, serius kok kami pegang ini, mau enggak yang lain untuk itu semua," ungkapnya.
Dengan kondisi saat ini, Ari tetap memastikan akan bertanggung jawab memenuhi kebutuhan tim.
"Saya enggak bisa menjadikan bisa aman, tetapi saya komitmen kalau enggak ada yang peduli sama PSMS, nanti saya yang cari caranya, itu tangung jawab kita," tegasnya.
"Tapi biar pecinta PSMS tahu, (yang teriak) "kasih ke swasta, "ganti manajemen", saya cuma kasih tahu hari ini PSMS jauh kami bawa ke arah yang lebih baik, kalau ada yang mau silahkan, tapi kalau cuma cakap-cakap...," tukasnya.
Ari tak menampik sering meminta bantuan Edy Rahmayadi soal finansial dan kerap menggunakan uang pribadinya. "Aku merengek ke ayah kalau kurang-kurang, mau cemana lagi kubilang, cuma beliau yang perhatikan ini," tegasnya.
Dia mengatakan butuh minimal Rp20 Miliar untuk PSMS semusim. "Sekarang kita logik, kebutuhan satu musim dengan segala macam, paling tidak normalnya Rp25 miliar-Rp30 miliar untuk pemain dan operasional. Itu belum tiket away, belum hotel," ungkapnya.
"Kita anggap Rp20 miliar, aku tiga musim pegang bola, sponsor paling kencang enggak sampai Rp5 miliar. Bank Sumut enggak sampai Rp5 miliar," tuturnya.
Lalu sisanya darimana? "Main bola di Pakam (Stadion Bahaoeddin Siregar) rugi, bonus pemain setiap menang berapa. Hari ini dibilang ganti manajemen, hari inipun aku siap (mundur), enggak makan gaji juga aku di sni, dirut apalah itu, mending aku punya Rp200 ribu nonton bola," pungkasnya.
What's Your Reaction?