Judo Sumut Raih 1 Perak dan 5 Perunggu di PON 2024, PJSI Soroti Kualitas Wasit

Cabang olahraga judo di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 resmi berakhir pada Sabtu (14/9/2024). DKI Jakarta keluar sebagai juara umum dengan 7 emas, 3 perak, dan 4 perunggu. Sementara itu, Sumatra Utara hanya berhasil membawa pulang 1 perak dan 5 perunggu.

Sep 16, 2024 - 20:16
Sep 16, 2024 - 20:16
 0
Judo Sumut Raih 1 Perak dan 5 Perunggu di PON 2024, PJSI Soroti Kualitas Wasit

BOLAHITA, SUMUT JUARA, Banda Aceh – Cabang olahraga judo di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 resmi berakhir pada Sabtu (14/9/2024). DKI Jakarta keluar sebagai juara umum dengan 7 emas, 3 perak, dan 4 perunggu. Sementara itu, Sumatra Utara hanya berhasil membawa pulang 1 perak dan 5 perunggu.

Atlet Sumut yang berhasil menyumbangkan medali adalah Diki Hartato (perak di kelas -81 kg), Nanda Olivia Banurea (perunggu di kelas -70 kg), Helena Susyen (perunggu di kelas -78 kg), Willi Pratama (perunggu di kelas -90 kg), M. Okky Wicaksono (perunggu di kelas -100 kg), dan pasangan Fadli Ardiansyah Manik/Krisjon Simorangkir yang meraih perunggu di nomor nage no kata.

Hasil ini mengakhiri puasa medali judo Sumut yang terakhir kali meraih perak di PON 2012 Riau lewat Riki Ramadhani. Namun, Ketua Pengprov Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Sumatra Utara, Muhammad Arief Fadhillah, menyoroti kepemimpinan wasit yang dianggap tidak adil dan merugikan timnya.

SENNCOIN Selling High Quality Roasted Beans and Ground Coffee

“Kami bersyukur dengan 1 perak dan 5 perunggu, tapi target kami sebenarnya tiga emas. Harusnya bisa dapat. Namun, sportivitas judo seakan mati di PON ini,” ujar Arief pada Minggu (15/9/2024).

Arief menyebut bahwa keputusan wasit yang merugikan Sumut terlihat jelas dalam penilaian kelas nage no kata dan ju no kata. Dalam nomor nage no kata, Sumut hanya berhasil meraih perunggu, sedangkan di ju no kata, mereka gagal lolos penyisihan, meskipun telah menjalani persiapan intensif selama dua bulan di Bali dan dua bulan di Vietnam.

“Kami seharusnya meraih emas di kategori kata, karena level kita sudah di tingkat Asia Tenggara. Sebelum PON, kami ikut kejuaraan South East Asia di Bali dan meraih perak. Namun di PON, nilai kami anjlok, bahkan hanya mendapat 337 poin, padahal biasanya bisa mencapai 400-an,” ungkap Arief dengan nada kecewa.

Arief juga mempertanyakan sistem penilaian yang digunakan oleh PB PJSI, karena International Judo Federation (IJF) sudah memberlakukan teknik gerakan baru yang tidak diadopsi di PON kali ini. “Kalau terus pakai sistem lama, Indonesia akan tertinggal di ajang internasional seperti SEA Games,” tambahnya.

Selain itu, Arief menyoroti beberapa keputusan kontroversial wasit di kategori tarung, yang menurutnya juga merugikan Sumut. Salah satu momen paling krusial terjadi di pertandingan beregu campuran, di mana Sumut memiliki peluang meraih perunggu. Namun, setelah undian kelas -90 kg yang dianggap menguntungkan Sumut dibatalkan oleh panitia, mereka justru kalah di kelas -57 kg, sehingga perunggu jatuh ke tangan Jawa Timur.

Meski kecewa, Arief bertekad akan membawa perubahan bagi judo Sumut untuk PON berikutnya. “Kami akan bangun tim dua tingkat di atas standar Indonesia, supaya tidak ada lagi ruang bagi wasit untuk mengintervensi,” tegas Arief.

Sekretaris PJSI Sumut sekaligus pelatih kata, Josef Yus, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kualitas perwasitan judo di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa penilaian di PON 2024 jauh dari standar internasional yang diterapkan oleh IJF.

“Anak-anak Sumut sudah tampil maksimal, bahkan dalam kejuaraan ASEAN dan Penang Open, kami mendapat nilai yang tinggi. Tapi di negara sendiri, kami seperti tidak ada apa-apanya,” ujar Josef.

Menurut Josef, teknik yang ditampilkan oleh pejudo Sumut sudah sesuai dengan standar yang diajarkan oleh Tai Tahn Nguyen, Ketua Dewan Juri Kata Asia Tenggara, yang menyaksikan langsung pertandingan. Namun, banyak pejudo dari daerah lain yang justru tampil dengan teknik yang salah, tapi tetap dinobatkan sebagai juara.

Ia pun mempertanyakan arah perkembangan kata judo di Indonesia. “Jika kita tidak mengikuti standar internasional, bagaimana kita bisa bersaing di level Asia atau dunia? Apakah kita puas dengan cara-cara seperti ini?” pungkasnya.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow