Catatan Ringan Lake Toba Ecotourism Sport
Catatan Ringan Lake Toba Ecotourism Sport

Namun sayangnya, harapan tak sesuai dengan kenyataan. Sejak kali pertama digelar hingga masuk ke-8, penyajian Lake Toba Ecotourism Sport terbilang biasa-biasa saja. Bahkan jika dibandingkan dengan gelaran pertama, pelaksanaan pesta ke-8 ini menurun. Lake Toba Ecotourism Sport tahun 2009, dirangkum bersamaan dengan Festival Internasional Pemuda dan Olahraga Bahari (FIPOB). Saat itu Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga menunjuk Provinsi Sumatera Utara sebagai tuan rumah. Dengan dukungan anggaran APBN yang lumayan, even ini lebih mendingan.
Sayangnya, kemasan acara tersebut tak juga dapat memancing wisatawan untuk datang dan menikmati bersama-sama even tahunan tersebut. Sepertinya Pemerintah Kabupaten Samosir kurang merespon even yang cukup menjanjikan bagi usaha wisata di daerah itu. Padahal dengan adanya perehelatan ini, setidaknya 7 kabupaten Karo, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir, berkesempatan secara bersama menjual melalui kebudayaan dan pariwisata Danau Toba.
Nyatanya saat Lake Toba Ecotourism Sport (LTES) VIII/2012 dibuka, kejanggalan tentang kurangnya respon pemerintahan setempat sudah terlihat sejak awal. Plt Gubernur yang dijadwalkan membuka secara resmi kegitan itu, diwakilkan kepada Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara. Sementara, Kabupaten Simalungun yang notabene sebagai tuan rumah pembukaan acara tersebut, hanya dihadiri Kepala Dinas Budaya dan Pariwisatawa (Kadisbudpar) Kabupaten Simalungun. Beruntung pada saat penutupan kegiatan di Kabupaten Samosir, Bupati Mangindaar Simbolon baru saja kembali dari Jakarta dan bersedia menyempatkan penutupan gawean tersebut.
Penulis sempat terganggu sekaligus terkesima dengan komentar membangun dari seorang staff Tourism Authority of Thailand, Mr Yusof Sulaiman. Offisial tim Dragon Boat dari Narathiwat, Thailand Selatan ini menyayangkan kondisi air danau yang kini mulai tercemar. “Danau Toba sangat elok, tapi aer mulai koto, bila pihak kerajaan (pemerintah Indonesia-red) tidak sesegera mungkin memulakan untuk perlindungan danau, nanti tourism tak mau lagi datang melancong kemari,” ujarnya dengan Bahasa Melayu.
Yusof Sulaiman menyarankan agar pemerintah setempat segera melakukan langkah untuk penyaringan limbah rumahtangga yang ada di sekitar danau, sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air bukanlah limbah jahat yang dapat merusak ekosistem. Bahkkan Yusof Sulaiman sempat khawatir, apakah fasilitas air yang digunakan di hotel tempatnya menginap di Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir itu, langsung menggunakan air danau.
Gelisah Sulaiman seharusnya menjadi masalah Pemkab Samosir. Dimana tanpa disadari, susutnya para peminat asing yang dating ke Danau Toba tak terlepas dari rasa yang mereka dapatkan. Sekalipun Lake Toba Ecotourism Sport terus digelar, jika nuansa dan kebersihan Danau Toba tak terjaga, hal ini tak akan mampu menambah pendapatan dari pariwisata. Jamuan makan malam di Rumah Dinas Bupati tentunya tak cukup menghilangkan apa yang dirasakan para peserta asing saat bertanding di Danau Toba.
Lake Toba Ecotourism Sport ini akan di cap menjadi kegiatan yang mubazir. Sesuatu kegiatan yang sifatnya hanya menghambur-hamburkan uang negara dengan tujuan yang abu-abu. Event yang asal ada semata demi kepentingan penyelenggaranya. (Bolahita/noel)
What's Your Reaction?






