MEDAN, BOLAHITA - Regenerasi kiper di Indonesia menjadi salah satu hal yang ingin dilakukan Sahari Gultom. Penjaga gawang
PSMS Medan musim 2017 ini ingin melahirkan kiper tangguh dari
Sumatera Utara.
Beberapa nama kiper pendahulu Ponirin Meka, Taufik Lubis, Rony Pasla, Aris Rinaldi menjadi idolanya. Melahirkan kiper terbaik, Ucok - panggilan akrabnya menerapkan pola latihan modern.
Kecepatan, reaksi dan teknik menjadi hal yang terus diasah Sahari untuk membentuk kiper sekaligus libero atau lebih dikenal dengan sweeper keeper. Menurut Sahari Gultom metode latihan untuk penjaga gawang itu tidak pernah berubah dari zaman dahulu hingga sekarang.
Sahari mengawali karir profesionalnya di Bandung Raya setelah lulus dari
PSMS Medan junior. Di klub pertamanya dia berkesempatan bermain bersama pemain senior seperti Hermasyah, Heri Kiswanto dan Ferry Sandria saat Liga Indonesia pertama kali bergulir.
Setelah itu dia berpetualang di sejumlah klub dan sempat mengisi pos kiper tim nasional pada tahun 1999 hingga 2000. Selama karirnya Sahari Gultom telah menghadapi berbagai striker hebat yang merupakan momok menakutkan bagi penjaga gawang.
Namun hal itulah yang membuatnya banjir pengalaman. Baginya Kurniawan Dwi Yulianto merupakan salah satu striker pada saat itu yang sangat diseganinya karena kepiawannya dalam eksekusi bola di dalam kotak pinalti lawan.
Sahari Gultom memutuskan pensiun pada tahun 2012 saat usianya 35 tahun. Ia memutuskan kembali ke
medan untuk menyumbangkan ilmu dan pengalamannya untuk generasi muda dan mengabdi kepada tim kecintaannya
PSMS Medan.
Sahari Gultom menjadi salah satu orang yang paling berperan besar bagi
PSMS Medan dalam meraih juara Turnamen Piala Kemerdekaan 2015. Namun baginya tugas belum selesai. Mengembalikan tim Ayam Kinantan ke kasta tertinggi sepakbola indonesia serta melahirkan kiper hebat dari tanah
medan menjadi tujuan utama sang legenda sepakbola ini.