Di balik euforia
PSMS Medan kembali ke Liga 1 tahun depan, ada kesedihan yang baru saja datang. Kabar duka, meninggalnya satu pewarta setia Ayam Kinantan, Bang Anul.
Catatan Singkat - Tulang Bolahita
Ya, Bang Anul panggilannya. Sosok fotografer sekaligus menulis naskah berita
PSMS Medan meninggal pada hari Jumat (8/12/2017) jam 18.00 WIB. Almarhum memang telah berbulan mengalami struk dan memiliki sakit jantung. Meskipun demikian, kabar ini tetap mengejutkan siapa saja yang ada di seputaran
PSMS Medan. Mulai dari wartawan, suporter hingga pemain. Alhamarhum diprediksi kian membaik dari sakitnya.
Bang Anul dikenal dengan sikap baik, rendah hati, supel hingga mudah bergaul dengan siapa saja. Hal itu membuat banyak wartawan muda menjadikannya sosok sahabat, senior bahkan menjadi abang. Termasuk pemain dan tulang sendiri, memuji pribadi Bang Anul.
Di rumah duka, Jalan Rakyat, hari Sabtu (9/12/2017) sosok pribadi supel Bang Anul terbukti. Begitu banyak wartawan yang hadir. Begitu juga pejabat teras olah raga tingkat Kota dan Provinsi. Terlihat juga eks pemain
PSMS Medan yang ikut mengantarkan Bang Anul ke tempat peristrahatan terakhirnya.
Tiba di rumah duka, Tulang tak bisa menahan air mata. Apalagi ketika kakak itu (istri bg Anul br Manullang) teriak ke arah tulang. "Kau lihatlah abangmu ini, lihatlah dia. Padahal kalian datang kemarin sudah mulai bagus" kata kakak itu.
Ini menjadi salah satu moment tersulit bagi tulang. Dengan situasi yang demikian, mencoba tegar, mencoba memberikan semangat dengan air mata yang tak tertahan.
Kali ini tulang datang bukan untuk meminta beberapa foto. Hari itu tulang datang dengan cerita duka. Melayat sosok yang menjadi abang, sahabat. Tidak apalah dianggap cengeng. Persahabatan sejak tahun 2004 dengan Bang Anul adalah pantas. Banyak hal berguna, banyak hal penting yang tulang dapatkan.
Begitu banyak bahan cerita, tawa, kena hujan bersama. Bang Anul suka kuliner, tulang suka dengan seleranya. Curhat habis liputan di sepanjang perjalanan, naik motor dari Stadion TD Pardede hingga kami berpisah di simpang empat Jalan Katamso/delitua menuju kantornya masing-masing. Tulang lurus ke Amplas, Bang Anul belok kiri ke Gaya
Medan ketika itu.
Banyak momen yang kami rekam dari pinggir lapangan Stadion Teladan. Hingga kami berdua bisa menyimpulkan seru atau tidaknya
PSMS bermain melalui jumlah foto yang kami ambil.
Banyak tempat makan sudah kami kunjungi. Pernah kesasar juga kita kan Bang Anul. Banyak motret bersama, saling cerita tentang keluarga, saling tukar berita dan foto tentunya sering kami lakukan.
Bang Anul, kita juga bukan tidak pernah berbeda faham. Akhirnya kita saling mengerti arti perbedaan. Bang Anul, engkau juga mengajarkan bagaimana tentang sikap, komitmen dengan kebenaran. Dan kita pernah sama-sama menjalankan. Bang Anul, engkau juga tidak pernah mengajarkan kesombongan.
Bang Anul, mulai hari ini engkau tak lagi bersama kami. Tidak lagi duduk di (dari) pinggir lapangan, mempotret pertandingan.
Bang Anul, sudah tidak ada lagi tempat kami meminta foto.
Bang Anul, tidak akan ada lagi kursi (buat motret) di sampingku setiap motret sepak bola di Stadion Teladan.
Bang Anul, TST Utama pun sudah tanpamu.
Bang Anul, semangatmu selalu ada di pinggir lapangan.