Profil Ansyari Lubis: Uwak Gelandang Elegan

Profil Ansyari Lubis: Uwak Gelandang Elegan

Jun 3, 2012 - 12:26
May 1, 2023 - 18:48
 0
Profil Ansyari Lubis: Uwak Gelandang Elegan
Ansyari Lubis

SENNCOIN Selling High Quality Roasted Beans and Ground Coffee

Di usia 40 tahun, pria yang satu ini masih mampu menunjukkan skillnya bermain sepak bola. Ansyari Lubis, satu diantara tak banyak pemain Indonesia yang masih aktif sebagai pemain dan kini memulai karir sebagai asisten pelatih sepakbola.

Pria yang akrab disapa Uwak ini, dinilai sebagai gelandang terbaik di Indonesia. Namanya juga banyak menjadi idola pemain sepakbola muda masa kini di Sumatera Utara

Hingga saat ini, publik masih mencari-cari siapa generasi pengganti Ansyari Lubis yang memiliki teknik tinggi di lapangan tengah.

Di awal karirnya, bapak tiga anak ini menghabiskan kebanyakan waktu bermain bola di kebon, tepatnya Perpapi Paya Pinang, Tebingtinggi. Pria yang akrab disapa Uwak ini Tebingtinggi, 29 Juli 1970 silam.

Sejak kecil, dia mengenal sepak bola dari orang-orang terdekatnya, seperti ayah, uwaknya, dan kedua abangnya.

“Sejak SD saya sering melihat abang saya Taufik Lubis bermain bola, lalu abang saya Syamsul Bahri Lubis juga sempat membela PSMS Junior. Dari mereka, saya tak bisa lepas dari sepak bola. Awalnya saya sering main di kebon ya di Perpapi Paya Pinang itu,” ujarnya.

Impiannya menjadi pesepakbola, semakin serius saat memasuki klub Kartini Putra, sebuah wadah sepakbola yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat tinggalnya di Tebingtingi.

Dari sana, Ansyari kemudian masuk PSKTS Tebingtinggi, klub yang sangat dikenal pada tahun 1980-an. Sejak bermain bola, Ansyari nyaman dengan posisinya sebagai gelandang.

“Saya merasa posisi ideal saya sebagai gelandang, kalau posisi lain ya enggak proporsional dengan tubuh saya,” tukasnya tersenyum.

Takdirnya, sebagai pemain Indonesia andal semakin diperhitungkan begitu Medan Jaya mengontraknya selama lima musim dari tahun 1989 hingga 1993.

Dewi fortuna terus menaunginya, termasuk kala semua klub berebut ingin merekrutnya pada tahun 1993. Ansyari saat itu ibarat mega bintang, dia sedikit bingung dengan banyaknya klub yang ingin meminangnya. Sebut saja PKT Bontang,  Putra Kimia juga Pelita Jaya.

“Saat itu, saya meminta tanggapan klub (Medan Jaya), hingga diusulkan terima pinangan Pelita Jaya, apalagi saat itu, kedua klub masih ada hubungan, makanya saya hijrah ke Pelita,” timpal suami Amelia Lestari ini.

Kepindahan Ansyari ke Pelita Jaya, mencatatkannya sebagai pemain nasional pertama dengan transfer termahal di kompetisi profesional dengan harga Rp25 juta. Uang senilai itu sangat banyak di tahun 1993.

Dia mengaku sulit memanfaatkan uang hasil transfernya itu. “Saya enggak tahu mau beli apa, jadinya uangnya saya tabung dan sebagian saya gunakan untuk mamak saya naik haji,” jelasnya.

Sejak saat itu, Ansyari berganti-ganti klub, hingga kembali ke kampung halamannya di Sumatera Utara dengan membela panji PSDS Deliserdang, pada tahun 2003 hingga 2009.

Di sini juga, Ansyari menemukan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pemuda dan Olahraga sebagai hadiah bagi atlet yang membanggakan.

Dan selama di Deliserdang juga, Ansyari menemukan cintanya, pasangan jiwa idealnya, Amelia Lestari, perempuan manis yang kini tepat setia mendampinginya. “Saya memang terlambat menikah, di usia 34 saya baru menikah,” bebernya.

Kini, bersama Pro Duta, klub milik pengusaha perkebunan, Sihar Sitorus, Uwak memiliki impian menelurkan prestasi. Apalagi di klub ini, dia juga bertanggung jawab sebagai asisten pelatih. 

Di klub ini juga, Ansyari menggapai impiannya ke luar negeri tepatnya ke Argentina, bulan lalu. Pro Duta menjalin kerja sama dengan Boca Juniors, klub Argentina, untuk membina pemain-pemain muda.

“Saya senang bisa bertemu Batistuta (Gabriel), ke markas Boca Junior. Mereka profesional mengelola klub, akademi pemain mudanya juga bagus. Atmosfir di stadionnya luar biasa, mereka juga sangat memberikan penghargaan dan apresiasi untuk legenda klub mereka,” ungkapnya.

Dalam karir sepakbolanya, Ansyari juga benda dan kenangan yang sulit dilupakan.  Sebut saja, sepatu emas yang diraih dari keberhasilannya menjadi top skor Galatama tahun 1993, ketika itu Ansyari baru saja pindah dari Medan Jaya ke Pelita dengan rekor transfer termahal saat itu.

Selain itu, juga ada jersey Lazio yang didapatnya setelah bertukar kostum dengan pesepakbola Guiseppe Rossi.

“Saat itu, Lazio tampil di Indonesia tahun 1996, saat itu dia kapten dan saya juga, jadi kami tukar kostum, dia pemain hebat dan saya masih simpan bajunya, itu jersey kedua yang saya simpan selain kostum Sampdoria,” kenangnya.

Soal kondisi persepakbolaan Indonesia saat ini, Ansyari bilang terjadi karena kurangnya rasa memiliki untuk membangun sepak bola Indonesia.

“Hanya ego saja yang ditonjolkan. Saat ini ada dua kompetisi yang sebenarnya sama-sama baik, dan idenya sama bagusnyya. Namun keduanya enggak mau duduk bareng untuk menyatukan konsep, jadi akhirnya seperti saat ini. Padahal ya kalau mau duduk sama, semua bisa diatasi. Banyaknya kompetisi sangat membantu pesepakbola untuk bisa lebih berkompetitif dan punya pilihan klub yang banyak,” pungkasnya. (Bolahita)

Data Pribadi

Ansyari Lubis
Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 29 Juli 1970
Status  : Menikah
Tinggi  : 160 CM
Istri     : Amelia Lestari
Anak  : 3 (Tiga)
         1. Syakira Anselia Lubis (6 tahun)
         2.  M Alif Fahrussy Lubis (3,5 tahun)
         3. Hafiz Fadillah Lubis (2 tahun)
Klub  :

  • 1989-PSKTS Tebing Tinggi
  • 1989-1993    Medan Jaya
  • 1993-1999    Pelita Jaya
  • 2000-2001 Pelita Solo
  • 2002 Persib Bandung
  • 2003-2010 PSDS Deliserdang
  • 2010-2011-PSGL-Aceh
  • 2011-Protitan
  • 2011-2012-Pro Duta (Asisten Pelatih)

Klub Favorit  : Barcelona dan Manchester United
Prestasi        :

- Top skor Galatama dengan 14 gol saat membela Pelita Jaya tahun 1993
- Pemain Terbaik Galatama tahun 1993
- Kapten Timnas Indonesia di Olimpiade tahun 1990
- Pesepakbola nasional dengan transfer termahal di Indonesia dengan nilai Rp25 juta (1993 dari Medan Jaya ke Pelita Jaya)
- Tampil 29 kali bersama Timnas Indonesia sejak tahun 1995 hingga 1997.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow